This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jumat, 22 April 2016

Kasus-Kasus Media Sosial



KASUS-KASUS DI MEDIA SOSIA 

1.  Palsukan Akun Facebook, Wanita Muda Ini Tipu Pejabat dan Pengusaha Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Berhati-hatilah saat Anda berlayar di media sosial, karena bisa saja suatu ketika Anda menjadi korban bajakan maupun pemerasan oleh pelaku kejahatan dunia maya (cybercrime).
Hal ini setidaknya sudah dirasakan oleh sejumlah pejabat dan pengusaha di Aceh. Mereka menjadi korban dari Cut Meutia (24), gadis asal Batuphat Timur, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe.
Sebelum ditangkap Personel Polresta Banda Aceh, di rumah orang tuanya di Batuphat, Jumat (4/12) dinihari, Cut Meutia sudah meraup uang puluhan juta rupiah dari para korbannya.
Modusnya, Cut Meutia yang sejatinya adalah gadis bertubuh gempal, memalsukan sebuah akun Facebook (FB) atas nama Ariza Farizca, dokter muda berparas cantik yang bertugas di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh.
Data diperoleh Serambi, Cut Meutia ditangkap polisi setelah menindaklanjuti laporan Drs Azhari Ali MM Ak, ayah kandung Ariza Farizca.
Sebelum melaporkan ke polisi, Azhari bersama istrinya bekerja keras mengungkap aksi pelaku yang mencatut nama dan membajak foto-foto anaknya dan kemudian dipasang di akun facebook atas nama Ariza Farizca.
"Nama anak kami (Ariza Farizca) hancur akibat ulah pelaku Cut Meutia. Mirisnya, aksi ini ikut didukung oleh orang tua dia. Kami sangat kasihan dengan apa yang dialami anak kami," ungkap Azhari kepada Serambinews.com Sabtu (5/12/2015).
2.    Dituduh Menghina Lewat Facebook, Ujang Dilaporkan ke Polisi Bogor
Hati-hati gaul di Facebook. Bila ada yang tidak terima, bisa dipolisikan seperti Ujang Romansyah. Ujang dilaporkan temannya, Fely, ke Polresta Bogor. Ujang dididuga telah melakukan pencemaran nama baik melalui Facebook.

"Dia (Fely) melaporkan pencemaran nama baik melalui situs internet Facebook," kata Kasat Reskrim Polresta Bogor AKP Irwansyah saat dihubungi detikcom melalui telepon, Selasa (30/6/2009).
Fely melaporkan Ujang karena kata-kata yang ditulis Ujang dan ditulis di Facebook. Tulisannya antara lain bertuliskan "Hai...Lu ngga usah ikut campur. Gendut, kaye tante2, ngga bs gaya. Emang lu siapa. Urus aja diri lu kaya... So cantik, ga bs gaya. Belagu. Nyokap lu ngga sanggup beliin baju buat gaya ya, makanya lu punya gaya gendut, besar lu, kaya lu yg bagus aja. Emang lu siapanya UJ. Hai gendut."
Laporan ke polisi dilakukan Feli pada 23 Juni 2009 lalu. "Kita sudah periksa korban," ujar Irwansyah. (detikNews, 30/6/2009).
3.    Status Facebook menghina orang Bali.
Kasus ini terjadi pada 16 Maret 2010 silam. Status Facebook Ibnu Rachal Farhansyah memicu kemarahan masyarakat Bali, yang mayoritas beragama Hindu. Sebab di saat mayoritas masyarakat Bali menggelar ritual Nyepi, Ibnu malah menulis status yang memicu konflik. Tak syak, status tersebut langsung menuai komentar kemarahan dari sejumlah temannya di akun tersebut. Banyak temannya bahkan sampai melaporkan kasus ini ke pihak berwenang, polisi. Ibnu akhirnya menuliskan status terbaru yang menyatakan permintaan maaf kepada seluruh masyarakat Bali, khususnya yang beragama Hindu, atas pernyataan kasarnya tersebut.
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Ulah Ibnu sudah terlanjur menjadi buah bibir. Bermunculan juga sejumlah grup yang menyatakan penentangan terhadap aksi Ibnu ini. Salah satu grup menggalang dukungan untuk mengusir Ibnu dari Bali.