This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Minggu, 19 April 2015

Manisnya Iman



Manisnya Iman

عَنْ أَنَسِ بْنِ ماَلَكٍ رَضِي الله عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْههِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلاَ ثُ مِنْ كُنَّ فِيْهَ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيعَا نَ أَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْ لَهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَ اهُمَا وَأَيَحِبَّ الَرْءَلاَيُحِبُّهُ إِلاَّلِلهِ وَأَنْ يَكْرَ هَ أَنْ يَعَوْ دَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَ هُ أَنْ يُلْقَى النَّارِ.
Dari Anas RA, Rasulullah SAW bersabda, “tiga perkara yang membuat seseorang menemukan manisnya iman, yaitu mencintai Allah dan Rasulnya melebihi dari pada cinta kepada salain keduanya, menncinntai orang llain karena allah dan sangat benci untuk kembali kekufuran, sebagaimana ia membenci untuk dijatuhkan ke dalam api neraka.
Keterangan Hadits :
Sesungguh nya manisnya iman adalah buah dari pada iman. Untuk itu etika disebutkan bahwa mencinntai rasulullah adalah sebagaian dari padda iman, maka dijelaskan setelah itu, bahwa cinta tersebut akan membuahkan sesuatu yang manis.
             حَلاَوةَ اْلإِيعَا نَDalam ilmu balaqhah kalimat ini disebut isti’arah takhyiliyyah, yang menyamakan rasa cinnta seorang mukmi terhadap keimanan dengan sesuatu yang manis. Hadits ini mengisyaratkan tentang orang sakit dan orang yang sehat. Orang yang sehat akan merasakan manisnya madu, sedangkan orang yang menderita sakit kuning misalnya, rasa tersebut akan berubah menjadi pahit. Imam bukhari menggunakan bentuk isti’arah ( pengandaian) untuk menjelaskan baik dan turunya keimanan seseorang. Syaikh abu Muhammad bin Abu Jamrah mengatakan, bahwa penggunaan istilah “manisnya Iman “ dikarenakan Allah menyamakan Iman dengan sebatang pohon, sebagaimana dalam firman-Nya, “ perumpamaan kalimah yang baik seperti pohon yang baik”. Kalimat dalam firman tersebut adalah kalimat ikhlas (makna yang terkandung dalam surat Al-ikhlas), sedangkan pohon tersebut adalah dasar keimanan, rantingnya adalah melaksanakan perintah dan menjauhi larangan, daunya adalah kebaikan yang diperintahkan oleh seseorang mukmin, buahnya adalah perbuatan taat, dan manisnya buah adalah buah yang sudah siap untuk dipetik, karena buah yang siap untuk dipetik menunjukkan manisnya buah tersebut.
            أَحَبَّ إِلَيْهِ ( lebih cinta kepadanya )
            Imam baidhawi mengatakan, bahwa maksud cinta disini adalah cinta yang menggunakan akal. Artinya kecintaan tersebut lebih mengutamakan akal sehat, walaupun harus bertentnagn dengan hawa nafsu. Seperti orang yang menderita sakit, pada dasarnya enggan untuk minum obat, namun karena akalnya mengatakan bahwa obat adalah alaat yang dapat menyembuhkan pennyakit, akhirnya akal memilih untuk minum obat. Pilihan akal inilah yang membuat nafsu orang sakit tersebut untuk minum obat.  Apabila manusia mengangap bahwa larangan dan perintah Allah pasti akan mendatangkan manfaatm dan akal pun cenderung  membenarkan hal  tersebut, maka orang tersebut akan membiasakan diri untuk melaksanakan semua perintah tersebut. Dengan demikian dalam masalah ini secara otomatis hawa nafsu seseorang akan mengikuti kemauan akal, artinya kemauan akal adalah kesadaran akan arti sesuatu yang sempurna dan baik.
            Rasul menjadikan tiga perkaara tersebut sebagai tanda kesempurnaan iman seseorang, karena jika seseorang telah menyakini bahwa sang pemberi nikmat hanya Allah semata, dan Rasulullah telah menjelaskan apa yang dinginkan oleh Allah, maka menjadi keharusan bagi manusia untuk mengorientasikan semua yang dilakukannnya hany untuk Allah semata, sehingga ia tidak menyukai dan membenci kecuali apa yang disukai dan dibenci oleh Allah Dan Rasulullah. Ia yakin bahwa semua yang dijanjikan oleh Allah akan menjadi kenyataan, dengan demikian dzikir kepada allah dan Rasulnya adalah surge dan kembali kembali kepada kekufuran adalah neraka. Hadits ini dibenarkan Allah Firman Allah, “ katakanlah  jika bapak-bapak, anak-anak” sampai firman Allah, “lebih kamu cintai dari pada Allah dan rasulNya,” kemudian Allah mengencam akan hal tersebut dengan janji fatarabbashuu (maka tunggulah).
            Maka hadits telah mengisyaratkan kepada manusia untuk selalu melaksanakan keutamaan dan meninggalkan kehinaan. Ada pendapat yang mengatakan, bahwa cinta kepada Allah mencakup dua Hal :
1.      Fardhu : kecintaan yang mendorong manusia untuk melaksanakan segala macam perintahnnya, meninggalkan segala macam maksiat dan ridha kepada ketetapan-Nya. Baranngsiapa yang terjerumus dalam kemaksiatan, melaksanakan yang diharamkan dan meninggalkan yang wajib, maka dia telah lalai dan lebih mengedepankan hawa nafsunya dari pada kecintaan kepada Allah. Otang yang lalai terkadang lebih menyukai dan memperbanyak perbuatan-perbuatan yang mubah. Prilaku ini akan melahirkan ketidak pedulian, sehingga orang tesebut akan dengan mudah terperosok ke dalam maksiat yang menimbulkan pennyesalan.
2.      Sunnah : Membiasakan diri untuk melaksanakan shalat sunnah dan berusaha meninggalkan hal-hal yang syubhat. Prilaku orang yang demikian ini masih sangat jarang kita temukan.
Disamping itu termasuk cinta kepada Rasulullah, adalah tidak melaksanakan perintah atau tidak menjauhi larangan kecuali ada cahaya penerang dari beliau, dengan demikian orang tersebut akan selalu berjalan diatas jalan sudah digariskan. Orang  yang mencintai Rasul pasti akan meridhai syariat yang dibawanya dan berperangai seperti akhalknya, seperti dermawan, mulia, sabar dan rendah hati. Oleh sebeb itu orang yang berupaya untuk melakukan perbuatan seperti di atas, niscaya akan menemukan manisnya Iman.
            Syaikh Muhyiddin mengatakan “ Hadits mengandung makna yang mulia, karena hadits ini merupakan dasar Agama. Adapun makna “Manisnya iman” adalah kelezatan dalam melaksanakan ketaatan dan kemampuan menghadapi kesulitan  dalam agama, serta mengutamakan agama dari pada hal-hal yang berbau keduniaann. Cinta kepada Allah dapat dicapai denga ketaatan dan meninggalkan segala yang melanggar aturan-nya. Konsekuensi seperti ini tetap sama, bila kita mencintai Rasulnya. “ begitu pula bila kita mencintai Rasulnya , konsekuensinya tetap sama seperti ini”
            Kata yang dipakai dalam hadist tersebut adalah “apa saja” buka “ siapa saja”. Hal ini berfungsi untuk menekankan bahwa makna hadits ini umum mencakup semua benda hidup yang mempunyai akal dan yang tidak mempunyai akal.
وَأَنْ يَكْرَ هُ أَنْ يَعُوْ دَ فِيْ الْكُلفْرِ كَمَا يَكْرِ هُ يُلقَى فِي النَّا رِ
            Abu nu’aim menambahkan dalam kitabnya Al-Mustahkraj dari jalur sufya dari Muhammad bin Al- Mutsna guru Imam Bukhari dengan Kalimat و بَعْدَ إِذْ أَنْقَذَهُ الَّهُ مِنْهُ( Setelah diselamatkan Allah Dari Kekufuran). Redaksi sepertin ini juga diriwayat kan oleh Imam Bukhari melalui jalur yang lain. Kata Inqaadz ( diselamatkan) lebih umum dari kata “ishmah” (dijaga) sejak lahir dalam keadaan Islam atau dikeluarkan dari gelapnya kekufuran menuju cahaya Imam, sebagaimana yang dialami oleh sebagian para sahabat.

Catatan :
            Semua sanad hadits ini adalah orang Bashrah. Hadits menjadi dalil akan Keutamaan membenci kekufuran. Hadits ini dicantumkan pada bab dan keutamaan cinta kepada Allah dengan فِي النَا رِ أحَبَّ إلَيْهِ مِنْ أنْ يَرْ جِعَ إِلَي الَكُفْرِ بَعْدَ إذْ أَنْقَذَ هُ اللهُ مِنْهُ وَ حَتَّى أنْ يَقْذَ فَ    Redaksi hadits ini lebih lugas, Kerena Hadits ini menyamakan dua perkara, yaitu dilemparkan dalam api dunia adalah lebih baik dari pada kekufuran. Redaksi hadits seperti inilah yang diriwayat kan oleh imam muslim, Nasa’i dan ismail dari Qatadah dari anas.
           
            Dalam riwayat Imam Nasa’I dari jalur sanad Thalq bin hubaib dari anas, ditambahkan Kata  البُغْض( benci), dengan demikian redaksi hadist menjadi,فِي اللهِ   وَأَنْ يُحِبَّ فِي اللهِ و يُبْغِضُ ( Mencintai Dan Membenci Karna Allah)..



Sabtu, 04 April 2015

Syarat-Syarat Doa




Syarat-Syarat Doa

Oleh : Iwan Fajri


Do'a yang benar memiliki syarat-syarat yang harus terpenuhi; jika engkau menginginkan do'amu sampai ke langit.
Pertama: Allah ta'ala satu-satunya yang mampu mengijabah do'a.
Ini adalah syarat utama dalam berdo'a. orang yang berdo'a harus tahu bahwa Allah semata yang dapat mengijabah do'a. Jika ia telah memiliki keyakinan demikian, maka menghadaplah kepada Allah dengan hati yang jujur. Merendahkan diri…menghinakan diri.
Allah berfirman :
}أَمْ مَنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ{
" Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan" . (Qs. AN-Naml : 62 ).
Kedua : Mentauhidkan Allah dalam berdo'a.
Ini adalah pondasi do'a; yaitu tidak berdo'a kecuali kepada Allah, menyertakan selain Allah dalam do'a adalah syirik ( menyekutukan Allah ).
Begitulah Nabi mengajari Ibnu Abbas radhiyallahu'anhuma. Ini adalah kaidah penting. Mengesakan Allah dalam meminta kepada-Nya merupakan pelajaran bagi umat dan dihimpun dengan kaidah ini.
Rasulullah e berwasiat kepada Ibnu Abbas : " Wahai anak kecil, aku mau mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; jagalah Allah niscaya Allah menjagamu, jagalah Allah niscaya engkau mendapati-Nya di depanmu, jika engkau memint mintalah kepada Allah, jika meminta pertolongan minta tolonglah kepada Allah ". ([1])
Ketiga : Bertawassul kepada Allah dengan cara yang disyari'atkan.
Bertawassaul kepada Allah dengan tawassul yang syar'I termasuk do'a yang benar. Kita melihat banyak orang keliru dalam bertawassul pepada Allah; baik dengan cara yang bid'ah atau syirik.
Adapun tawassul yang syar'I ada 3 (tiga) jenis :
1)      Bertawassul dengan nama dan sifat Allah .
2)      Bertawassul dengan amal shalih.
3)      Bertawassul dengan do'a orang shalih .
Semua jenis tawassul ini berdasarkan dalil dari Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah e juga perbuatan para sahabat radhiyallahu'anhum.
Keempat : Berbaik sangka kepada Allah .
Seseorang berdo'a kepada Allah hendaknya berbaik sangka kepada Tuhannya, jangan berdo'a dengan perasaan ragu, karena Allah ta'ala bersama hamba-Nya jika ia berhusnuzhan kepada-Nya.
Dalam hadits Qudsi Allah  berfirman :
أنا عند حسن ظن عبدي بي وأنا معه حيث يذكرني
" Aku dalam persangkaan baik hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersama-Nya manakala ia berdzikir kepada-Ku ". ([2])
Karena itu Nabi menganjurkan agar kita berdo'a dengan prasangka baik kepada Allah .
Rasulullah bersabda :
ادعوا الله وأنتم موقنون بالإجابة
" Berdo'alah kalian kepada Allah dengan keyakinan akan diijabah ". ([3])
Kelima : Jangan tergesa-gesa ingin dikabulkan.
Wajib bagi orang yang berdo'a untuk tidak tergesa-gesa ingin dikabulkan. Rasulullah e bersabda يُستجاب لأحدكم ما لم يعجل، فيقول: قد دعوت فلم يُستجب لي
" Do'a kalian akan diijabah selama tidak tergesa-gesa, (tergesa-gesa) itu dengan mengatakan : " saya telah berdo'a tapi belum dikabullkan ". ([4])
Ke Enam : Makan makanan yang baik dan halal.
Ini adalah syarat yang penting, sebagian manusia melupakannya ! mereka tidak tahu bahwa sebab ditolaknya do'a karena makanan yang tidak halal. Allah berfirman :
}إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ{
 "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Qs. Al-Maidah : 27 ).
Sahal bin Abdullah rahimahullah merangkum syarat do'a ini dalam beberapa kalimat ringkas, padat dan berharga yang diharapkan bisa mewujudkan permohonan dan bisa memenuhi keinginan dengan syarat tersebut. Ia berkata : " Syarat do'a ada 7 ( tujuh ) : merendahkan diri, takut, berharap, kontinyu, khusyuk, menyeluruh, dan makanan yang halal ".
Dengan memperhatikan syarat-syarat do'a disertai kesungguhanmu dalam berdo'a dijamin do'amu benar. Jika do'a mu telah benar maka berpeluang besar untuk dikabulkan. Dan jika engkau tambahkan dengan adab-adab do'a dan bebas dari faktor penghalang do'a, maka do'amu akan membuka tirai dan keinginanmu tercapai dan kau pun dalam kenikmatan orang-orang yang diijabah do'anya.
Maka sungguh-sungguhlah mencari tahu syarat-syarat do'a yang mustajab, dan bertekadlah untuk mengamalkannya setelah mengetahuinya.



([1])HR. At-Tirmidzi dan Ahmad/ Shahih At-Tirmidzi (2516)
([2]) HR. Bukhari dan Muslim.
([3]) HR. At-Timidzi dan Hakim/ Shahih Al-Jami' ( 2459).
([4]) HR. Bukhari dan Muslim.

Jumat, 03 April 2015

Islam Dan Dunia Remaja

ISLAM DAN DUNIA REMAJA
Islam dan Dunia Remaja. Sebenarnya apa sih hubungan islam dan dunia remaja itu? Memang ada hubunganya ya? Sebelum kita membahas itu, bagaimana sih remaja di mata Islam itu dan Islam di mata remaja itu sendiri?
 Remaja di mata Islam sudah seperti tonggak kesuksesanya, hal ini dikarenakan remaja adalah generasi penerus Islam. Jika generasi remajanya bagus dan bisa mengamalkan Islam dengan baik, maka Islam juga akan semakin tangguh. Akan tetapi bila remajanya sudah menyalahi aturan  yang telah disyari’atkan oleh Islam, dan akhlaqnya telah rusak, maka Islam juga akan mudah sekali runtuh dan tidak memiliki kekuatan. Islam di mata remaja hendaknya dijadikan panutan dan tuntunan dalam menjalani hidup, karena apabila remaja menjalankan syari’at Islam dengan sebagaimana mestinya, maka muncullah generasi muda penerus perjuangan Islam yang handal dan Insyaallah diridhoi oleh Allah.
Islam dan dunia remaja memiliki keterkaitan yang sangat erat. Islam telah mengatur segala perilaku, etika pergaulan, adab berpakaian, serta adab-adab remaja dalam Al-Qur’an serta sunnah Rasulullah. Namun di zaman ini banyak kita temui remaja yang mengalami krisis moral. Beragama Islam namun
akhlaqnya tidak mencerminkan Islam sama sekali, Na’udzubillah. Mereka mengaku Islam, bahkan KTPnya pun Islam namun berkelakuan berandal, kriminal, judi, pergaulan bebas, dll. Oleh karena itu Islam mengatur kehidupan remaja agar tidak terjerumus kedalam kemaksiatan.
Berbanggalah menjadi remaja Islam jangan malah minder dengan agama kita sendiri, atau malah takut dibilang gak gaul dan nggak modern. Itu salahnya sangat besar. Yuk, kita interospeksi diri, evaluasi diri, dan tentu saja segera sadar kalo kita udah salah jalan. Balik arah kembali kepada Islam yang emang menjadi agama kita. Jangan sampe deh kamu ngakunya muslim tetapi banyak dari ajaran Islam malah kamu nggak lakuin. Ngakunya muslim tetapi kamu malah minder dengan status muslimmu. Kita bisa kok menjadi seorang remaja yang gaul tapi tetap syar’i. Remaja yang gaul itu bukan berarti remaja yang bisa nangkring di atas motor matic, rambut dibiarkan terjepit kucir acak acakan, baju serabutan, nabrak warna dan bahan, anting gede banget, mirip sama sekrup toko bangunan, trus belum lagi niru gaya hidup orang barat yang sangat bebas tanpa aturan, gaul juga bukan juga diukur dari segi penampilan, karena Rasulullah sendiri mengajarkan kita untuk hidup secara sederhana, akan tetapi remaja Islam yang gaul itu adalah remaja yang dapat sukses dunia akhirat. Senengkan kalau dunia sukses, dan akhiratpun sukses. Meskipun masih remaja kita harus bisa menjaga perilaku kita dan menghindari perbuatan yang dapat menjerumuskan kedalam kemaksiatan serta banyak mendekatkan diri kepada Allah.
Hendaklah waktu remaja kita digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat seperti mencari ilmu, banyak menghafal surah Al-Qur’an, banyak beribadah, dll.seperti Hadits Rasulullah
 

(( خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ )) رواه البخاري

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur`an dan mengajarkannya.” [Al-Bukhari 5027]
 Pokoknya jadilah remaja yang produktif, yang berprestasi tidak hanya berprestasi di bidang akademis saja, namun dapat berprestasi dibidang akhlaq, berbaktilah kepada orang tuamu karena itu adalah kunci kesuksesan kita. Jangan gunakan waktu muda kita untuk hal-hal yang tidak bermanfaat dan hanya membuang-buang waktu saja. Saat ini banyak kita temui remaja yang memiliki ‘penyakit’ Galau (Hayoo.. siapa yang suka Galau,,), bersedih hati, bermurung-murung ria entah mungkin karena putus cinta ataupun karena ditolak sama orang yang dicintainya terus gag punya semangat lagi dan lebih seneng menyendiri, dan sedih terus-terusan. Bro, sist,  sebenarnya kita tidak perlu bergalau-galau dan terus-terusan bersedih, lagipula kamu harusnya bersyukur karena dengan putus cinta atau ditolak, kamu bisa lebih intropeksi diri, karena dengan begitu, kamu tidak terjerumus dalam lembah kemaksiatan yang dilarang oleh Allah seperti pacaran. Sob, pacaran dalam Islam itu sebenarnya tidak diperbolehkan, karena itu mendekati zina. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’: 32).
Ibnu Katsir berkata mengenai ayat di atas, “Dalam ayat ini Allah melarang hamba-Nya dari zina dan dari hal-hal yang mendekati zina, yaitu segala hal yang menjadi sebab yang bisa mengantarkan pada zina.”
Sehingga pacaran itu tidak boleh dalam Islam karena mendekati zina. Terus belum lagi pacaran itu butuh materi sehingga bikin kantong kering,  Lagipula pacaran dapat mengganggu konsentrasi belajar kita kok! Percaya deh, lebih banyak madharatnya dibandingkan manfaatnya.
Sob, sebenarnya jika kita ingin mencari cinta sejati, cinta yang paling sejati adalah Allah SWT. Allah mencintai kita apabila kita juga mencintai-Nya. Allah selalu melindungi kita dan selalu membantu kita dalam kesulitan. Maka, ayo perbagus imanmu agar mendapatkan kebahagian di dunia dan di akhirat. Iman kepada Allah SWT. insyaallah akan memberikan ketahanan kita terhadap hal-hal yang bisa merusak akidah, juga dengan iman yang kuat akan bisa membentengi diri dari hal yang melanggar syariat Islam. Janganlah selalu bersedih hati. Mumpung masih muda, galilah potensi dirimu, kembangkan bakatmu, perbanyaklah bersyukur dan menuntut ilmu. Jadilah remaja yang produktif, Tetap Gaul tapi Syar’i.

Nabi Muhammad SAW mengingatkan dalam sabdanya sebagai berikut:


اُوْصِيْكُمْ بِالشَّبَابِ خَيْرًا فَاِنَّهُمْ اَرَفُّ اَفْئِدَةً اِنَّ اللهَ بَعَثَنِيْ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا فَخَالَفَنِى الشُّيُوْخُ ثُمَّ تَلاَ قَوْلَهُ تَعَالَى فَطَالَ عَلَيْهِمُ اْلاَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوْبُهُمْ.
“Aku wasiat-amanatkan kepadamu terhadap pemuda-pemuda (angkatan muda) supaya bersikap baik terhadap mereka.Sesungguhnya hati dan jiwa mereka sangat halus. Maka sesungguhnya Tuhan mengutus aku membawa berita gembira, dan membawa peringatan. Angkatan mudalah yang menyambut dan menyokongaku, sedangkan angkatan tua menentang dan memusuhi aku. Lalu Nabi membaca ayat Tuhan yang berbunyi: “Maka sudah terlalu lama waktu (hidup) yang mereka lewati, sehingga hati mereka menjadi beku dan kasar”.
        Ahli hikmah mengatakan, siapa yang tumbuh pada masa mudanya dengan orientasi, akhlak, kepribadian, karakter tertentu, maka rambutnya akan memutih dalam kondisi ia memiliki karakter yang telah diperjuangkannya itu (man syabba syaaba ‘alaihi).
     Imam Syafii mengatakan : Sungguh pemuda itu distandarisasi dari kualitas ilmu dan ketakwaannya. Jika keduanya tidak melekat pada struktur kepribadiannya.Ia tidak layak disebut pemuda. Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan (syubbanul yaum rijalul ghod).
Allah Subhanahu Wata’ala mengingatkan kepada kita agar tidak meninggalkan generasi yang lemah.Lemah iman, lemah ilmu, lemah akhlak, dan lemah ekonomi.

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْتَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللهَ وَلْيَقُولُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا
Artinya: Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS: An-Nisa/4:9).
Balasan Sesuai dengan Perbuatan
Hadits ini menunjukkan bahwa balasan yang didapat seseorang sesuai dengan perbuatannya. Al Jazau ‘ala jinsil ‘amal. Al Ujratu ‘ala qadril masyaqqah (pahala itu berbanding lurus dengan tingkat kepayahan). Barangsiapa yang menjaga (syariat/batasan) Allah, niscaya Allah akan menjaganya. Hal yang semakna dengan ini sangat banyak dijumpai dalam al-Quran maupun hadits, di antaranya:
إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Allah akan menolong kalian, dan mengokohkan kaki-kaki kalian.” (QS: Muhammad:7)
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
Maka ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian.” (Q.S al-Baqarah:152)
وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ
“Dan penuhilah perjanjian denganKu, niscaya Aku penuhi perjanjian dengan kalian.” (QS: al-Baqarah:40). (Dalam faidah yang disarikan dari Jaami’ul Uluum wal Hikaam karya Ibnu Rajab)
Point-poin pesan Nabi tersebut bisa disimpulkan
1. Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu
2. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu
3. Jika engkau meminta, mintalah kepada Allah
4. Jika engkau meminta tolong, mintalah tolong hanya kepada Allah
5. Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan kepadamu sesuatu manfaat (keuntungan), maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang sudah Allah tetapkan untuk dirimu
6. Sekiranya mereka pun berkumpul untuk melakukan sesuatu yang membahayakan kamu, niscaya tidak akan membahayakan kamu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu
7. Pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering. Artinya, pena yang menuliskan taqdir telah diangkat (tidak menulis lagi) dan lembaran-lembaran yang ditulisnya pada Lauhul Mahfudzh sudah kering, tidak akan lagi tambahan dan pengurangan. Taqdir semua makhluk yang telah Allah tuliskan, dan hanya Allah saja yang tahu, tidak akan pernah berubah sama sekali.*